MAKALAH PENGERTIAN DAN SEJARAH PERKEMBANGAN PSIKOLOGI AGAMA



MAKALAH
PENGERTIAN DAN SEJARAH PERKEMBANGAN PSIKOLOGI AGAMA
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah: PSIKOLOGI AGAMA
Dosen pengampu : H. Agus Salim S.Ag., M.Pd

http://4.bp.blogspot.com/--kh8w3YiE9c/UaQq_ftokxI/AAAAAAAAACE/CcnMhypnqR8/s300/logo%2BUNISNU.jpg

Disusun oleh kelompok 1 :
1.     Ana Fuadah                            213016
2.     Azifatul Alimah                       213022
3.     Evi Muwaviqoh                       213043
Semester / Kelas : IV / A1
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNISNU JEPARA
2015


KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikakan makalah tentang “Pengertian Dan Sejarah Perkembangan Psikologi Agama” dengan baik. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kehadirat beliau Nabi Agung Muhammad SAW, sebagai nabi pembawa risalah demi kerahmatan seluruh alam serta syafa’atnya yang kita nantikan kelak di yaumil qiyamah, Amien.
Sehubungan dengan penulisan makalah ini, Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesainya makalah ini dan secara khusus kami tujukan kepada :
1.      Bpk. H. Agus Salim, S.Ag., M.Pd yang telah membimbing kami sehingga banyak sekali pengetahuan dan pengalaman yang kita peroleh.
2.      Sahabat-sahabat semester IV Fakultas Tarbiyah UNISNU Jepara yang telah ikut memberikan kontribusi pemikiran dalam penulisan makalah ini.
3.      Para penulis mengenai “Pengertian Dan Sejarah Perkembangan Psikologi Agama” yang karyanya kami kutip sebagai bahan rujukan dalam penulisan makalah ini.
Semoga amal baiknya mendapat balasan dari Allah SWT. Dengan ini penulis sadari  bahwa penulisan makalah tentang “Pengertian Dan Sejarah Perkembangan Psikologi Agama” sangat jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran dari semua pihak penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya, Amien Ya Robbal Alamin.
Jepara, 13 Maret  2015
Penyusun
Kelompok I




DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A.    LatarBelakang..................................................................................... 1
B.     RumusanMasalah................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................... 3
A.    Pengertian Psikologi Agama................................................................ 3
B.     Sejarah Perkembangan Psikologi Agama............................................ 8
BAB III PENUTUP....................................................................................... 12
A.    Kesimpulan......................................................................................... 12
B.     Saran danHarapan.............................................................................. 14
C.     Kata Penutup...................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 15

BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Manusia memiliki bermacam ragam kebutuhan batin maupun lahir akan tetapi, kebutuhan manusia terbatas karena kebutuhan tersebut juga dibutuhkan oleh manusia lainnya. Karena manusia selalu membutuhkan pegangan hidup yang disebut agama karena manusia merasa bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya yang maha kuasa tempat mereka berlindung dan memohon pertolongan. Sehingga keseimbagan manusia dilandasi kepercayan beragama. Sikap orang dewasa dalam beragama sangat menonjol jika, kebutuhan akan beragama tertanam dalam dirinya. Kesetabilan hidup seseorang dalam beragama dan tingkah laku keagamaan seseorang, bukanlah kesetabilan yang statis. Adanya perubahan itu terjadi karena proses pertimbangan pikiran, pengetahuan yang dimiliki dan mungkin karena kondisi yang ada. Tingkah laku keagamaan orang dewasa memiliki persepektif yang luas didasarkan atas nilai-nilai yang dipilihnya.
Ketika mengkaji psiklogi agama, seseorang dihadapkan pada dua hal yakni “psikologi” dan “agama”. Kedua kata tersebut memiliki pengertian dan penggunaan yang berbeda, meskipun keduanya mempunyai kajian aspek yang sama yaitu aspek batin manusia. Memang, manusia mungkin saja memanipulasi apa yang dialaminya secara kejiwaan, hingga terlihat berbeda dalam sikap dan tingkah lakunya, bahkan mungkin bertentangan dengan keadaan yang sebenarnya.Untuk membahas lebih lanjut mengenai psikologi agama, maka dalam makalah berikut akan diuraikan tentang Pengertian dan Sejarah Perkembangan Psikologi Agama.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah:
1.      Apakah pengertian dari psikologi agama?
2.      Bagaimanakah sejarah perkembangan psikologi agama?
C. Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui pengertian dari psikologi agama.
2.      Untuk mengetahui sejarah perkembangan psikologi agama.



BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian Psikologi Agama
Psikologi agama merupakan gabungan dari dua kata yaitu psikologi dan agama. Kedua kata ini memiliki pengertian yang berbeda.
1.      Pengertian Psikologi.
Psikologi berasal dari perkataan yunani psyce yang artinya jiwa, dan logos yang artinya ilmu. Jadi secara etimologi psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya (ilmu jiwa).[1]
Psikologi Menurut Beberapa Ahli:
·         Menurut Dr. Singgih Dirgagunarsabahwa Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku mansia.
·         Menurut plato dan Aristoteles Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari teentang hakekat jiwa serta prosesnya sampai akhir. 
·         Menurut Clifford T. Morgan Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan hewan.
·         Menurut H. Sumardi, MSI Psikologi adalah ilmu yang meneliti dan mempelajari sikap serta tingkah laku manusia sebagai gambaran dari gejala jiwa yang berada di belakangnya.
·         Menurut Ricard H. Thouless Psikologi adalah ilmu tentang tingkah laku pengalaman manusia.
·         Menurut Jalaluddin Psikologi adalah imu yang mempalajari gejala jiwa manusia yanng normal, dewasa, dan beradab.[2].
Barangkali masih banyak lagi definisi yang dikemukakan para ahli tentang psikologi. Tetapi dari definisi-definisi yang telah dikemukakan di atas secara umum psikologi mencoba meneliti dan mempelajari sikap dan tingkah laku manusia sebagai gambaran dari gejala-gejala kejiwaan yang berada dibelakangnya. Karena jiwa itu sendiri bersifat abstrak, maka untuk mempelajari kehidupan kejiwaan manusia hanya mungkin dilihat dari gejala yang tampak, yaitu pada sikap dan tingkah laku yang ditampilkannya.
Memang manusia mungkin saja memanipulasi apa yang dialaminya secara kejiwaan, hingga dalam sikap dan tingkah laku terlihat berbeda, bahkan mungkin bertentangan dengan keadaan yang sebenarnya. Mereka yang sebenarnya sedih, dapat berpura-pura tertawa. Ataupun karena perasaan yang sangat gembira, dapat membuat sesorang menangis. Namun secara umum, sikap dan perilaku yang terlihat adalah gambaran dari gejala jiwa seseorang. Sikap dan perilaku baik yang tampak dalam perbuatan maupun mimik (air muka) umumnya tak jauh berbeda dari gejolak batinnya, baik cipta, rasa dan karsanya.
2.      Pengertian Agama.
Di dalam Agama menyangkut juga masalah yang berhubungan dengan batin manusia. Agama sebagai bentuk keyakinan, memang sulit diukur secara tepat dan rinci. Banyak para ahli yang berpendapat tentang arti agama, diantaranya :
·         Menurut Robert H. Thouless, fakta menunjukkan bahwa agama berpusat pada Tuhan atau Dewa- Dewa sebagai ukuran yang menentukan yang tak boleh diabaikan ( keyakinan tentang dunia lain ). Ia mendefinisikan agama adalah sikap atau cara penyesuaian diri terhadap dunia yang mencangkup acuan yang menunjukkan lingkungan lebih luas dari pada dunia fisik yang terikat ruang dan waktu -the spatio-temporal physical world ( dunia spiritual ).[3]
·         Menurut Harun Nassution, arti agama berdasarkan asal kata, yaitu al-din, religi (relege, religare) dan agama. Dalam bahasa semit al-Dinberarti undang-undang atau hukum. Dalam bahasa Arab, kata Al-din (Agama) mengandung arti mengusai, menundukkan, patuh, utang, balasan, kebiasaan. Dalam bahasa latin kata religi (relegere) berarti mengumpulkan dan membaca ;yang kemudian menjadi kata religareyang berarti mengikat. Adapun kata Agama (terdiri dari a=tidak dan gam=pergi) mengandung arti tidak pergi, tetap ditempat atau diwarisi turun menurun.[4]
Bertitik tolak dari pengertian agama berdasarkan asal katanya tersebut menurut Harun Nasution, intisarinya adalah ikatan. Karena itu agama mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan dimaksudkan berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia sebagai kekuatan gaib yang tak dapat ditangkap dengan pancaindera, namun mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap kehidupan manusia sehari-hari. Secara definitif, menurut Harun Nasution, agama adalah[5]:
1.      Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang harus dipatuhi.
2.      Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang mengusai manusia.
3.      Mengikat diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada suatu sumber yang berada di luar diri manusia dan yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia.
4.      Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara hidup tertentu.
5.      Suatu system tingkah laku (code of conduct) yang berasal dari sesuatu kekuatan gaib.
6.      Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber pada suatu kekuatan gaib.
7.      Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah dan perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam alam sekitar manusia.
8.      Ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang Rasul.
Selanjutnya, Harun Nasution merumuskan ada empat unsur yang terdapat dalam agama, yaitu[6]:
a)      Kekuatan gaib, yang diyakini berada di atas kekuatan manusia. Didorong oleh kelemahan dan keterbatasannya, manusia merasa berhajat akan pertolongan dengan cara menjaga dan membina hubungan baik dengan kekuatan gaib tersebut. sebagai realisasinya adalah sikap patuh terhadap perintah dan larangan kekuatan gaib itu.
b)      Keyakinan terhadap kekuatan gaib sebagai penentu nasib baik dan nasib buruk manusia. Dengan demikian manusia berusaha untuk menjaga hubungan baik ini agar kesejahteraan dan kebahagiaannya terpelihara.
c)      Respon yang bersifat emosionil dari manusia. Respon ini dalam realisasinya terlihat dalam bentuk penyembahan karemna didorong oleh perasaan takut (agama primitif) atau pemujaan yang didorong oleh perasaan cinta (monoteisme), serta bentuk cara hidup tertentu bagi penganutnya.
d)     Paham akan adanya yang kudus (sacred) dan suci. Sesuatu yang kudus dan suci ini ada kalanya berupa kekuatan gaib, kitab yang berisi ajaran agama, maupun tempat-tempat tertentu.

3.      Pengertian Psikologi Agama
Berdasarkan pengertian dari Psikologi dan Agama yang telah dijelaskan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa, psikologi agama merupakan cabang dari psikologi yang meneliti dan mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungan dengan pengaruh keyakinan terhadap agama yang dianutnya serta dalam kaitannya dengan perkembangan usia masing-masing.
Berikut ini akan dikemukakan pula definisi psikologi agama menurut beberapa ahli. Menurut Zakiah Drajat psikologi agama adalah ilmu yang mempelajari kesadaran agama pada seseorang yang pengaruhnya terlihat dalam kelakuan dan tindak agama orang itu. Sementara Thouless  menyatakan bahwa persoalan pokok dalam psikologi agama adalah kajian terhadap kesadaran agama dan tingkah laku agama, atau kajian terhadap tingkah laku agama dan kesadaran agama.[7]
Dengan demikian, psikologi agama tidak masuk dalam wilayah ajaran dan keyakinan suatu agama atau ideologi tertentu. Hal ini mengandung makna, bahwa psikologi agama tidak berwenang untuk mendukung, membenarkan, menolak atau menyalahkan ajaran agama ataupun ideologi tertentu.

B.       Sejarah Perkembangan Psikologi Agama
Untuk menetapkan secara pasti kapan psikologi agama mulai dipelajari memang terasa agak sulit. Baik dalam kitab suci, maupun sejarah tentang agama-agama tidak terungkap secara jelas mengenai hal itu. Namun demikian, walaupun tidak secara lengkap, ternyata permasalahan yang menjadi ruang lingkup kajian psikologi agama banyak dijumpai baik melalui informasi kitab suci agama maupun sejarah agama.[8]
Perhatian secara psikologis terhadap agama setua kehidupan umat manusia, sejak kesadaran manusia tumbuh orang telah memikirkan tentang arti hidup. Perilaku manusia yang berkaitan dengan dunia ketuhanan ternyata telah banyak menyita perhatian para ahli dan pada abad ke-19 perhatian tersebut dilakukan secara ilmiah lewat Psikologi Agama. [9] 
1.      Psikologi Agama abad ke-19
Pada pertengahan abad ke-19, mentalitas modern yang tumbuh sejak abad ke-16, siap untuk berkembang secara penuh. Dimana pada abad pertengahan tersebut, manusia dipandang menduduki tempat utama dalam kosmos. Bumi dianggap sebagai pusat alam raya dan segala hal yang paling indah dan tinggi. Tetapi teori Copernicus tentang matahari sebagai pusat alam raya dan teleskop Galileo, ditambah lagi pengaruh pemikiran baru Rene Descartes dan Isaac Newton, menjadi awal bergeraknya kekuatan baru. [10]
Terbitnya buku origin of spesies, buah karya Darwin tahun 1859, dapat disebut sebagai langkah simbolis yang mengisyaratkan bahwa hidup manusia sendiri dapat diamati dengan diteliti serta dibuat hipotesis secara rasonal.
Setelah dua puluh tahun sesudah terbitya buku Darwin , Prof. Wilhem Wundt (1832-1920), dari Universitas Leipziq, Jerman, mendirikan laboratorium untuk merancang dan memanfaatkan metode eksperimental yang disesuaikan unuk studi tentang perilaku manusia. Tahun 1879 disebut-sebut sebagai tahun kelahiran psikologi ilmiah modern.[11]
2.      Psikologi Agama abad ke-20
Sumber-sumber Barat mengungkapkan bahwa penelitian ilmiah modern di lapangan Psikologi Agama dimulai sejak adanya kajian para antropolog dan sosiolog seperti Stanley Hall. Disamping itu disekitar pergantian abad ke-19 dan ke-20 terbitnya dua buah buku, yaitu buku Edwin Diller Starbuck The Psychology of Religion, diterbitkan tahun 1899, dan kedua bukunya William James The Varieties of Religious Experience yang terbit 1902. Kedua karya itu sangat penting dalam perintisan penyelidikan fenomena keagamaan dari segi psikologi. Kemudian, pada awal abad ke-20 para penulis dan peniliti bertumpu pada karya Starbuck dan James-memberi identitas pada munculnya istilah “Psikologi Agama”.[12]
Perkembangan Psikologi Agama di wilayah Timur (Islam) sebenarnya telah lebih dulu dilakukan atau dihasilkan dibandingan di dunia Barat. Seperti dalam kurun waktu yang lebih awal Ibnu Tufail (1110-1185 M) dan juga Al Ghazali (1059-1111) dalam tulisan – tulisannya telah membahas apa yang menjadi perbincangan di dunia Barat disebut sebagai Psikologi Agama Kemudian pada abad 20, mulai berkembang di dunia Islam tentang kajian Psikologi Agama, antara lain Dr. Abdul Mun’in Abdul Aziz Al-Malighy misalnya pada tahun 1955 menulis buku dengan judul Tatawwur al-Syu’ur al-Diny ‘Inda Tifl wa al-Murahiq yang di terbitkan Dar al-Ma’arif, Cairo, membahas masalah perkembangan rasa agama pada anak-anak dan remaja. Dan berdasarkan konteks kejiwaan, buku ini dapat dianggap sebagai awal dari munculnya kajian psikologi agama di kalangan ilmuwan muslim modern.[13]
Karya lain yang lebih khusus mengenai psikologi agama adalah Ruh al-Din al-Islamy (Jiwa Agama Islami) karangan Alif Abd al-Fatah tahun 1956. Demikian pula pada tahun 1963 terbit buku Al-Shihah al-Nafsiyah karangan Moustafa Fahmy. Dan banyak lagi karya karya ilmuan muslim tentang psikologi agama. Dapat dipahami bahwa tampaknya memang perkembangan psikologi agama di dunia Islam baru tampak sekitar abad ke-20.[14]
3.      Psikologi Agama Di Indonesia
Di Indonesia, perkembangan psikologi agama dipelopori oleh tokoh-tokoh yang memiliki latar belakang profesi sebagai ilmuwan, agamawan, bidang-bidang kedokteran. Diantara karya-karya awal yang berkaitan dengan psikologi agama adalah buku Agama dan Kesehatan Badan/Jiwa (1965), tulisan prof. dr. H. Aulia. Kemudian tahun 1975, K.H. S.S. Djaman menulis buku Islam dan Psikosomatik. DR. Nici Syukur Lister, menurut buku Pengalaman dan Motivasi Beragama: Pengantar Psikologi Agama.[15]
Di lingkungan perguruan tinggi, Psikologi Agama mulai dikenal tahun 1970-an, yaitu oleh Prof. Dr. Zakiah, Darajat dan Prof. Dr  A. Mukti Ali yang dikenal sebagai pelopor pengembangan psikologi agama di lingkungan IAIN di Indonesia. [16]
Pesatnya perkembangan Psikologi Agama pada era dewasa ini ditunjang oleh kajiannya yang mencakup kehidupan pribadi dan kelompok maupun perkembangan usia manusia, juga mengarah menjadi ilmu Psikologi Terapan yang banyak manfaatnya. Sekarang banyak terbit buku, jurnal, majalah tentang psikologi agama yang banyak dimanfaatkan dalam berbagai lembaga.



BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Psikologi agama merupakan gabungan dari dua kata yaitu psikologi dan agama. Kedua kata ini memiliki pengertian yang berbeda.
1.      Pengertian Psikologi Agama
 Secara umum psikologi mencoba meneliti dan mempelajari sikap dan tingkah laku manusia sebagai gambaran dari gejala-gejala kejiwaan yang berada dibelakangnya. Karena jiwa itu sendiri bersifat abstrak, maka untuk mempelajari kehidupan kejiwaan manusia hanya mungkin dilihat dari gejala yang tampak, yaitu pada sikap dan tingkah laku yang ditampilkannya.
Agama adalah ikatan yang harus dipegang dan dipenuhi manusia. Ikatan adalah kekuatan yang lebih tinggi dari manusia yang tidak dapat ditangkap pancaindra, namun mampu mewarnai kehidupan.
Psikologi agama merupakan cabang dari psikologi yang meneliti dan mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungan dengan pengaruh keyakinan terhadap agama yang dianutnya serta dalam kaitannya dengan perkembangan usia masing-masing.
2.      Sejarah Psikologi Agama
Perhatian secara psikologis terhadap agama setua kehidupan umat manusia, sejak kesadaran manusia tumbuh orang telah memikirkan tentang arti hidup. Perilaku manusia yang berkaitan dengan dunia ketuhanan ternyata telah banyak menyita perhatian para ahli dan pada abad ke-19 perhatian tersebut dilakukan secara ilmiah lewat Psikologi Agama.
Pada pertengahan abad ke-19, mentalitas modern yang tumbuh sejak abad ke-16, siap untuk berkembang secara penuh. Dimana pada abad pertengahan tersebut, manusia dipandang menduduki tempat utama dalam kosmos.
Sumber-sumber Barat mengungkapkan bahwa penelitian ilmiah modern di lapangan Psikologi Agama dimulai sejak adanya kajian para antropolog dan sosiolog seperti Stanley Hall. Disamping itu disekitar pergantian abad ke-19 dan ke-20 terbitnya dua buah buku, yaitu buku Edwin Diller Starbuck The Psychology of Religion, dan kedua bukunya William James The Varieties of Religious Experience. Kedua karya itu sangat penting dalam perintisan penyelidikan fenomena keagamaan dari segi psikologi.
Perkembangan Psikologi Agama di wilayah Timur (Islam) sebenarnya telah lebih dulu dilakukan atau dihasilkan dibandingan di dunia Barat. Seperti dalam kurun waktu yang lebih awal Ibnu Tufail dan juga Al Ghazali dalam tulisan – tulisannya telah membahas apa yang menjadi perbincangan di dunia Barat disebut sebagai Psikologi Agama Kemudian pada abad 20, mulai berkembang di dunia Islam tentang kajian Psikologi Agama, antara lain Dr. Abdul Mun’in Abdul Aziz Al-Malighy menulis buku dengan judul Tatawwur al-Syu’ur al-Diny ‘Inda Tifl wa al-Murahiq, membahas masalah perkembangan rasa agama pada anak-anak dan remaja. Dan berdasarkan konteks kejiwaan, buku ini dapat dianggap sebagai awal dari munculnya kajian psikologi agama di kalangan ilmuwan muslim modern.
Di Indonesia, perkembangan psikologi agama dipelopori oleh tokoh-tokoh yang memiliki latar belakang profesi sebagai ilmuwan, agamawan, bidang-bidang kedokteran. Diantara karya-karya awal yang berkaitan dengan psikologi agama adalah buku Agama dan Kesehatan Badan/Jiwa (1965), tulisan prof. dr. H. Aulia. Kemudian tahun 1975, K.H. S.S. Djaman menulis buku Islam dan Psikosomatik. DR. Nici Syukur Lister, menurut buku Pengalaman dan Motivasi Beragama: Pengantar Psikologi Agama.
Pesatnya perkembangan Psikologi Agama pada era dewasa ini ditunjang oleh kajiannya yang mencakup kehidupan pribadi dan kelompok maupun perkembangan usia manusia, juga mengarah menjadi ilmu Psikologi Terapan yang banyak manfaatnya.

B.     SARAN
Sebelum membaca makalah ini, penulis menyarankan supaya pembaca memahami lebih dahulu apa itu pengertian Psikologi Agama dan Sejarah Perkembangan Psikologi Agama . Penulis berharap, setelah membaca makalah ini, pembaca dapat memahami dan mengerti apa itu pengertian Psikologi Agama dan Sejarah Perkembangan Psikologi Agama.
C.     KATA PENUTUP
Demikian makalah yang kami susun semoga apa yang kita rumuskan,kita pelajari mendapatkan anugrah dan inayah dari Allah serta bermanfaat bagi kita semua. Amin ya robbal alamin.


DAFTAR PUSTAKA
Fauzi, Ahmad. 1997. PsikologiUmum. Bandung: CV Pustaka Setia
Baharuddin dan Mulyono. 2008. Psikologi Agama dalam Prespektif Islam. Malang: UIN Malang press
Arifin, Bambang Syamsul. 2008. Psikologi Agama. Bandung: Pustaka Setia

Jalaluddin. 2012. Psikologi Agama (edisi.revisi). Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada



[1] Ahmad Fauzi, PsikologiUmum, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1997), hlm. 9
[3] Ibid., hlm.14
[4]Jalaluddin, Psikologi Agama (edisi.revisi), ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012), hlm. 12
[5] Ibid.,
[6] Ibid., hlm. 13
[7] Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hlm.  16
[8]Jalaluddin, Op.cit., hlm. 27
[9]Baharuddin dan Mulyono, Psikologi Agama dalam Prespektif Islam, (Malang: UIN Malang press, 2008), hlm. 51
[10] Ibid., hlm. 55
[11] Ibid., hlm. 56
[12] Ibid., hlm. 58

[13]  Ibid., hlm. 58
[14]  Jalaluddin, Lok.cit., hlm. 34
[15] Ibid., hlm. 35
[16] Ibid.,


0 Response to "MAKALAH PENGERTIAN DAN SEJARAH PERKEMBANGAN PSIKOLOGI AGAMA"

Post a Comment