MAKALAH Penalaran & Metode Ilmiah, Filsafat Ilmu & Hubungan Ketiganya dalam Penelitian



MAKALAH
Penalaran & Metode Ilmiah, Filsafat Ilmu & Hubungan Ketiganya dalam Penelitian
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metode Penelitian
Dosen pengampu: Drs. Abdurrozaq Assowy, M.Pd
Description: logo UNISNU.jpg
Disusun oleh:
Kelompok 2
Nama:                                             NIM:
Muhammad Ridwan                         213009
Dwi Setiawan                                     213034
Ana Fuadah                                       213016
Elva                                                     213036

Kelas A1
FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEMESTER 3
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA
TAHUN 2014
KATA PENGANTAR

Alhamdulilla hirabbil alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT. karena atas  limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini.
            Makalah yang berjudul “Penalaran & Metode Ilmiah, Filsafat Ilmu & Hubungan Ketiganya dalam Penelitian” disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metode Penelitian serta untuk sedikit menambah wawasan dan pengetahuan kita.
            Keberhasilan penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan partisipasi berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu sehingga terselesaikannya makalah ini.
            Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Maka dari itu dengan kerendahan hati, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah dimasa yang akan datang.
            Harapan penyusun, semoga makalah ini dapat bermanfaat meskipun jauh dari kesempurnaan. 



                                                                                                Penyusun


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................. 1...........
KATA PENGANTAR........................................................................................... 2
DAFTAR ISI........................................................................................................ 3
BAB I             PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah .........................................................  4
B.     Rumusan Masalah..................................................................  5
C.     Tujuan Penulisan ....................................................................  5

BAB II                        PEMBAHASAN
A.    Penalaran Ilmiah dalam Penelitian ........................................   6
B.     Metode Ilmiah dalam Penelitian ...........................................  10
C.     Filsafat Ilmu dalam Penelitian ..............................................  11
D.    Hubungan Penalaran Ilmiah, Metode Ilmiah dan Filsafat Ilmu dalam Penelitian             14
BAB III          PENUTUP
A.    Kesimpulan..........................................................................   16
B.     Penutup .................................................................................  17

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 18




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
 Ilmu pengetahuan dan teknologi selalu berkembang dan mengalami kemajuan, sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan cara berpikir manusia. Bangsa Indonesia sebagai salah satu negara berkembang tidak akan bisa maju selama belum memperbaiki kualitas sumber daya manusia bangsa kita. Kualitas hidup bangsa dapat meningkat jika ditunjang dengan sistem pendidikan yang mapan. Dengan sistem pendidikan yang mapan, memungkinkan kita berpikir kritis, kreatif, dan produktif.
 Dalam UUD 1945 disebutkan bahwa negara kita ingin mewujudkan masyarakat yang cerdas. Untuk mencapai bangsa yang cerdas, harus terbentuk masyarakat belajar. Masyarakat belajar dapat terbentuk jika memiliki kemampuan dan keterampilan mendengar dan minat yang besar.
Metode Ilmiah merupakan suatu cara sistematis yang digunakan oleh para ilmuwan untuk memecahkan masalah yang dihadapi.Metode ini menggunakan langkah-langkah yang sistematis, teratur dan terkontrol. Supaya suatu metode yang digunakan dalam penelitian disebut metode ilmiah

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan Penalaran Ilmiah?
2.      Apa yang dimaksud dengan Metode Ilmiah dalam Penelitian?
3.      Apa yang dimaksud dengan Filsafat Ilmu dalam Penelitian?
4.      Apa hubungan Penalaran Ilmiah, Metode Ilmiah dan Filsafat Ilmu dalam Penelitian?

C.    Tujuan penulisan
1.      Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Penalaran Ilmiah.
2.      Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Metode Ilmiah dalam Penelitian.
3.      Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Filsafat Ilmu dalam Penelitian.
4.      Untuk mengetahui hubungan Penalaran Ilmiah, Metode Ilmiah dan Filsafat Ilmu dalam Penelitian.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENALARAN DAN METODE ILMIAH DALAM PENELITIAN
1.      Pengertian Penalaran Ilmiah dan Metode Ilmiah
a.       Pengertian Penalaran Ilmiah
Penalaran adalah suatu proses berpikir dengan menghubung-hubungkan bukti, fakta atau petunjuk menuju suatu kesimpulan berupa pengetahuan. Dengan kata lain, penalaran adalah proses berpikir yang sistematik dan logis untuk memperoleh sebuah kesimpulan berupa pengetahuan. Bahan pengambilan kesimpulan itu dapat berupa fakta, informasi, pengalaman, atau pendapat para ahli.[1]
Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan berfikir dan bukan dengan perasaan. Dalam kaitan ini, budi atau pikir memikirkan pengetahuan yang sudah ada untuk mendapatkan pengetahuan lain yang sebelumnya tidak ada. Dengan demikian, penalaran merupakan suatu aktivitas yang penting artinya untuk perkembangan pengetahuan. Berfikir sendiri merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar, dan oleh karena apa yang disebut benar bagi tiap orang  adalah tidak sama, oleh sebab itu proses berfikir untuk menghasilkan pengetahuan yang benar pun juga berbeda-beda.
Sebagai suatu kegiatan berfikir, maka penalaran mempunyai ciri-ciri tertentu, yakni:
1)      Adanya suatu pola berfikir yang secara luas dapat disebut logika. Dalam hal ini maka dapat kita katakan bahwa tiap bentuk penalaran mempunyai logikanya sendiri, atau dapat juga disimpulkan, bahwa kegiatan penalaran merupakan suatu “proses berfikir logis”, dimana proses berfikir logis ini harus diartikan sebagai kegiatan berfikir menurut suatu pola tertentu.
2)      Sifat “analitis” dari proses berfikirnya. Penalaran merupakan suatu kegiatan berfikir yang menyandarkan diri kepada suatu analisis dan kerangka berfikir yang dipergunakan untuk analisis tersebut adalah logika berfikir yang bersangkutan, artinya penalaran ilmiah merupakan suatu kegiatan analisis yang mempergunakan logika ilmiah, dan kemudian juga penalaran lainnya yang mempergunakan logikanya tersendiri pula.[2]

b.      Pengertian Metode Ilmiah
Metode ilmiah adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran. Juga dapat diartikan bahwa metode ilmiah adalah pengejaran terhadap sesuatu untuk memperoleh sesuatu interelasi.[3]
Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah. Karena ideal dari ilmu adalah untuk memperoleh interelasi yang sistematis dari fakta-fakta dengan menggunakan pendekatan kesangsian sistematis. Oleh karena itu, penelitian dan metode ilmiah sebenarnya mempunyai hubungan yang sangat erat.
Seperti diketahui bahwa berfikir adalah kegiatan mental yang menghasilkan pengetahuan. Dalam konteks yang demikian, T.H. Huxley menyatakan bahwa metode ilmiah merupakan ekspresi mengenai cara bekerja fikiran. Dengan cara bekerja seperti ini, maka pengetahuan yang dihasilkan diharapkan mempunyai karakteristik-karakteristik tertentu yang diminta oleh pengetahuan ilmiah yakni sifat rasional dan teruji yang memungkinkan dalam pengetahuan yang disusunnya dapat diandalkan. Dalam hal ini, metode ilmiah mencoba menggabungkan cara berfikir deduktif dan cara berfikir induktif dalam membangun pengetahuannya.[4]
Adapun Pelaksanaan metode ilmiah ini meliputi tujuh tahap, yaitu :
1)      Merumuskan masalah. Masalah adalah sesuatu yang harus diselesaikan.
2)      Mengumpulkan keterangan, yaitu segala informasi yang mengarah dan dekat pada pemecahan masalah. Sering disebut juga mengkaji teori atau kajian pustaka.
3)      Menyusun hipotesis. Hipotesis merupakan jawaban sementara yang disusun berdasarkan data atau keterangan yang diperoleh selama observasi atau telaah pustaka.
4)      Menguji hipotesis dengan melakukan percobaan atau penelitian.
5)      Mengolah data (hasil) percobaan dengan menggunakan metode statistik untuk menghasilkan kesimpulan.Hasil penelitian dengan metode ini adalah data yang objektif, tidak dipengaruhi subyektifitas ilmuwan peneliti dan universal (dilakukan dimana saja dan oleh siapa saja akan memberikan hasil yang sama).
6)      Menguji kesimpulan. Untuk meyakinkan kebenaran hipotesis melalui hasil percobaan perlu dilakukan uji ulang. Apabila hasil uji senantiasa mendukung hipotesis maka hipotesis itu bisa menjadi kaidah (hukum) dan bahkan menjadi teori.
7)      Menulis laporan Ilmiah. Untuk mengkomunikasikan hasil penelitian kepada orang lain sehingga orang lain tahu bahwa kita telah melakukan suatu penelitian ilmiah.[5]

2.      Dasar-dasar Penalaran Ilmiah dan Metode Ilmiah
a.       Dasar-dasar Penalaran Ilmiah
Prinsip-prinsip penalaran atau aksioma penalaran merupakan dasar semua penalaran yang terdiri atas tiga prinsip yang kemudian di tambah satu sebagai pelengkap. Aksioma atau prinsip dasar dapat didefinisikan: suatu pernyataan mengandung kebenaran universal yang kebenarannya itu sudah terbukti dengan sendirinya. Prinsip-prinsip penalaran yang dimaksudkan adalah: prinsip identitas, prinsip nonkontradiksi, dan prinsip eksklusi tertii, dan sebagai tambahan pelengkap prinsip identitas adalah prinsip cukup alasan.
Prinsip identitas menyatakan: “sesuatu hal adalah sama dengan halnya sendiri”. Sesuatu yang disebut p maka sama dengan p yang dinyatakan itu sendiri bukan yang lain. Dalam suatu penalaran jika sesuatu hal diartikan sesuatu p tertentu maka selama penalaran itu masih berlangsung tidak boleh diartikan selain p, harus tetap sama dengan arti yang diberikan semula atau konsisten. Prinsip identitas menuntut sifat yang konsisten dalam suatu penalaran jika suatu himpunan beranggotakan sesuatu maka sampai kapan pun tetap himpunan tersebut beranggotakan sesuatu tersebut.
Prinsip nonkontradiksi menyatakan: “sesuatu tidak mungkin merupakan hal tertentu dan bukan hal tertentu dalam suatu kesatuan”, Prinsip ini menyatakan juga bahwa dua sifat yang berlawanan penuh (secara mutlak) tidak mungkin ada pada suatu benda dalam waktu dan tempat yang sama. Dalam penalaran himpunan prinsip nonkontradiksi sangat penting, yang dinyatakan bahwa sesuatu hal hanyalah menjadi anggota himpunan tertentu atau bukan anggota himpunan tersebut, tidak dapat menjadi anggota 2 himpunan yang berlawanan penuh. Prinsip nonkontradiksi memperkuat prinsip identitas, yaitu dalam sifat yang konsisten tidak ada kontradiksi di dalamnya.
Prinsip eksklusi tertii menyatakan bahwa “sesuatu jika dinyatakan sebagai hal tertentu atau bukan hal tertentu maka tidak ada kemungkinan ketiga yang merupakan jalan tengah”. Prinsip eksklusi tertii menyatakan juga bahwa dua sifat yang berlawanan penuh (secara mutlak) tidak mungkin kedua-duanya dimiliki oleh suatu benda, mestilah hanya salah satu yang dapat dimilikinya sifat p atau non p.
Prinsip cukup alasan menyatakan: “suatu perubahan yang terjadi pada sesuatu hal tertentu mestilah berdasarkan alasan yang cukup, tidak mungkin tiba-tiba berubah tanpa sebab-sebab yang mencukupi”. Prinsip cukup alasan ini dinyatakan sebagai tambahan bagi prinsip identitas karena secara tidak langsung menyatakan bahwa sesuatu benda mestilah tetap tidak berubah, tetap sebagaimana benda itu sendiri jika terjadi suatu perubahan maka perubahan itu mestilah ada sesuatu yang mendahuluinya sebagai penyebab perubahan itu.[6]

b.      Dasar-dasar Metode Ilmiah
Agar suatu metode yang digunakan dalam suatu penelitian disebut dengan metode ilmiah,  maka ia harus memiliki beberapa hal, yaitu:
1)      Berdasarkan fakta
Keteragan-keterangan yang ingin diperoleh dalam penelitian, baik yang akan dikumpulkan dan yang dianalisis harus berdasarkan fakta-fakta, dan bukan merupakan penemuan atau pembuktian yang berdasarkan pada daya khayal, kira-kira, legenda, atau kegiatan sejenis.
2)      Bebas dari prasangka
Metode ilmiah harus memiliki sifat bebas dari prasangka, bersih dan jauh dari pertimbangan-pertimbangan subyektif. Menggunakan suatu fakta harus dengan alasan atau bukti lengkap dan pembuktian yang obyektif.
3)      Menggunakan prinsip analisis
Dalam memahami serta member arti terhadap fenomena yang kompleks harus menggunakan prinsip analisis. Semua masalah harus dicari dan temukan sebab musabab serta pemecahannya dengan menggunakan analisis yang logis. Fakta yang mendukung tidaklah  dibiarkan sebagaimana adanya atau hanya dibuat deskripsinya saja. Akan tetapi semua kejadian harus dicari sebab akibat dengan menggunakan analisis yang tajam.
4)      Menggunakan hipotesis
Dalam metode ilmiah, peneliti harus dituntun dalam proses berfikir dengan menggunakan analisis. Hipotesis harus ada untuk mengakumulasi permasalahan serta memadu jalan fikiran kea rah tujuan yang ingin dicapai sehingga hasil yang ingin deperoleh akan mengenai sasaran dengan tepat. Hipotesis merupakan peganganyang khas dalam menentukan jalan penilaian peneliti.
5)      Menggunakan ukuran objektif
Kerja penelitian dan analisis harus dinyatakan dengan ukuran yang objektif. Ukuran tidak boleh degan merasa-rasa atau menuruti hati nurani. Pertimbangan-pertimbangan harus dibuat secara objektif dan dengan menggunakan pikiran yang sehat.
6)      Menggunakan teknik kuantifikasi
Dalam memperlakukan data ukuran kuantitatif yang lazim harus digunakan, kecuali untuk atribut-atribut yang tidak dapat dikuantifikasikan. Ukuran-ukuran seperti: ton, kilogram, millimeter per detik, ohm, dan sebagainya harus selalu digunakan. Oleh karena itu harus dihindari ukuran-ukuran semisal sejauh mata memandang, sehitam aspal, sejauh sebatang rokok, dan sebagainya. Kuantifikasi yang termudah adalah dengan menggunakan ukuran nominal, ranking, dan rating.[7]

3.      Kebenaran Ilmiah dan Kebenaran Non Ilmiah
Kebenaran tertuang dalam ungkapan-ungkapan yang dianggap benar, misalnya hukum-hukum, teori-teori, ataupun rumus-rumus filasafat, juga kenyataan yang dikenal  dan diungkapkan. Mereka muncul dan berkembang maju sampai pada taraf kesadaran dalam diri pengenal dan masyarakat pengenal.[8]
Sebelum mencapai kebenaran yang berupa pernyataan dengan pendekatan teori ilmiah sebagaiamana  kerangka ilmiah, akan lebih baik jika kita mengetahui terlebih dahulu pengetauan ini bersifat logis, rasional tidak. Sebagaimana diungkap Ahmad Tafsir dalam kerangka berfikir sebagai berikut:
a.       Yang logis ialah yang masuk akal
b.      Yang logis itu mencakup yang rasional dan supra-rasional
c.       Yang rasional ialah yang masuk akal dan sesuai dengan hukum alam
d.      Yang supra-rasional ialah yang masuk akal sekalipun tidak sesuai dengan hukum alam.
e.       Istilah logis boleh dipakai dalam pengertian rasional atau dalam pengertian supra rasional.[9]

 Beberapa definisi kebenaran dapat kita kaji bersama dari beberapa sumber, antara lain,  Kamus umum Bahasa Indonesia ( oleh Purwadarminta), arti kebenaran yaitu: 1.  Keadaan yang benar     ( cocok dengan hal atau keadaan sesungguhnya), 2. Sesuatu yang benar ( sunguh-sungguh ada, betul demikian halnya), 3. Kejujuran, ketulusan hati, 4. Selalu izin,perkenan, 5. Jalan kebetulan.[10]
Imam Wahyudi, seorang dosen Filsafat Pengetahuan dan filsafat Ilmu UGM, kebenaran dikelompokkan dalam tiga makna, yaitu kebenaran moral, kebenaran logis dan kebenaran metafisik. Kebenaran moral menjadi bahasan etika, ia menunjukkan hubungan antara yang kita nyatakan dengan apa yang kita rasakan. Kebenaran logis menjadi bahasan epistemology, logika dan psikologi, ia merupakan hubungan antara pernyataan dengan realitas objektif. Sedangkan kebenaran metafisik berkaitan dengan yang ada sejauh berhadapan dengan akal budi, karena yang ada mengungkapkan diri kepada akal budi. Yang ada merupakan dasar dari kebenaran, dan akal budi yang menyatakannya.[11]
Berbeda dengan kebenaran ilmiah yang diperoleh berdasarkan logika ilmiah, ada juga kebenaran karena factor-faktor non ilmiah. Diantaranya adalah:
a.       Kebenaran karena kebetulan
Yaitu kebenaran yang didapat dari kebetulan dan tidak ditemukan secara ilmiah.
b.      Kebenaran karena akal sehat (common sense)
Yaitu serangkaian konsep yang dipercayai dapat memecahkan masalah secara praktis.
c.       Kebenaran agama dan wahyu
Yaitu kebenaran mutlak dan asasi dari Allah dan Rasulnya.
d.      Kebenaran intuitif
Yaitu kebenaran yang didapat dari proses luar sadar tanpa menggunakan penalaran dan proses berfikir.
e.       Kebenaran karena Trial dan Error
Yaitu kebenaran yang diperoleh karena mengulang-ulang pekerjaan, baik metode, teknik, materi dan parameter sampai akhirnya menemukan sesuatu.
f.       Kebenaran spekulatif
Yaitu kebenaran karena adanya pertimbangan meskipun kurang dipikirkan secara matang.
g.      Kebenaran karena kewibawaan
Yaitu kebenaran yang diterima karena pengaruh kewibawaan seseorang.[12]

B.     FILSAFAT ILMU DALAM PENELITIAN
1.      Pengertian Filsafat Ilmu
Filsafat berasal dari kata Philo dan sophia (bahasa Yunani). Philo artinya cinta atau menyenangi dan sophia artinya bijaksana. Konon orang yang selalu mendambakan kebijaksanaan adalah orang-orang yang pandai, orang yang selalu mencari kebenaran. Dalam mencari kebenaran ini, mereka mendasarkan kepada pemikiran dan logika dan  bahkan berspekulasi. [13]
Filsafat ilmu merupakan kajian atau telaah secara mendalam terhadap hakekat ilmu.
Filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemology (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). Sedangkan Ilmu merupakan cabang pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu. Menurut The Liang Gie (1999), filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia. Filsafat ilmu merupakan suatu bidang pengetahuan campuran yang eksistensi dan pemekarannya bergantung pada hubungan timbal-balik dan saling-pengaruh antara filsafat dan ilmu.
Sehubungan dengan pendapat tersebut bahwa filsafat ilmu merupakan penerusan pengembangan filsafat pengetahuan. Objek dari filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan. Oleh karena itu setiap saat ilmu itu berubah mengikuti perkembangan zaman dan keadaan tanpa meninggalkan pengetahuan lama. Pengetahuan lama tersebut akan menjadi pijakan untuk mencari pengetahuan baru. Hal ini senada dengan ungkapan dari Archie J.Bahm (1980) bahwa ilmu pengetahuan (sebagai teori) adalah sesuatu yang selalu berubah.[14]

2.      Hubungan Filsafat Ilmu dengan Metode Penelitian
Keterkaitan antara filsafat ilmu dengan metode penelitian jelas ada, serta sulit dibantah. Filsafat ilmu jelas merupakan dasar keilmuan, yang banyak dijadikan fondasi metode penelitian. Metode penelitian merupakan jalur andal bagi filsafat ilmu untuk menemukan kebenaran. Menurut Bahtiar, filsafat ilmu merupakan kajian secara mendalam tentang dasar-dasar ilmu. Ilmu tidak akan lepas dari sebuah metode penelitian. Metode penelitian merupakan upaya untuk pengembangan ilmu. Ilmu pula yang melandasi pengetahuan tertentu dapat dipertanggungjawabkan. Dengan demikian filsafat ilmu merupakan cabang dari filsafat yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu untuk mencapai suatu kebenaran. Metodologi penelitian adalah berarti ilmu tentang metode. Sedang penelitian adalah kegiatan mencari dan mengumpulkan data kemudian mengolah, menganalisa dan mengkaji data yang dilakukan secara sistematis dan objektif.
Jadi metodologi penelitian ilmu yang mempelajari, menelusuri, mencari dan mengumpulkan data kemudian mengolah, menganalisa dan menyajikan data yang dilakukan secara sistematis supaya diperoleh suatu kebenaran yang objektif. Secara terminology, metodologi penelitian atau metodologi riset (science research atau method), metodologi berasal dari kata methodology, maknanya ilmu yang menerangkan metode-metode atau cara-cara. Penelitian adalah terjemahan dari bahasa Inggris “research” yang terdiri dari kata “re” (mengulang) dan search (pencarian, pengejaran, penelusuran, penyelidikan atau penelitian) maka research berarti berulang melakukan pencarian. Metodologi penelitian merupakan bermakna seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah tertentu untuk diolah, dianalisis, diambil kesimpulan dan selanjutnya dicarikan cara pemecahannya.
Data-data tersebut digali, diolah, disintesiskan menggunakan prinsip-prinsip berfikir filsafat. Berfikir filsafat selalu mengikuti penalaran yang logic dan mendasar. Tujuan berfilsafat adalah menemukan kebenaran yang sebenarnya, jika kebenaran yang sebenarnya itu disusun secara sistematis, jadilah ia sistematika filsafat. Sistematika filsafat itu biasanya terbagi atas tiga cabang besar filsafat, yaitu: (1) teori pengetahuan, (2) teori hakikat dan (3) teori nilai. Itulah sebab sebuah penelitian perlu memerhatikan ketiga cabang berfikir filsafat itu untuk menemukan sebuah kebenaran. Isi filsafat ditentukan oleh objek apa yang dipikirkan, objek yang dipikirkan oleh filsuf ialah segala yang ada dan yang mungkin ada. Jadi filsafat sebagai suatu proses berfikir bebas, sistematis, radikal dan mencapai dataran makna yang mempunyai cabang ontologi, epistimologi dan aksiologi. Cabang-cabang ini apabila diikuti oleh langkah metodologi penelitian, tentu akan menghasilkan kebenaran sejati. Paling tidak dalam sebuah penelitian akan memunculkan hasil yang mendekati realitas.
Penelitian membutuhkan pemikiran ontology, yaitu sebagai teori hakikat. Teori hakikat ini sangat luas, segala yang ada mungkin ada, yang boleh juga mencakup pengetahuan-pengetahuan dan nilai (yang dicarinya ialah hakikat pengetahuan dan hakikat nilai). Setiap cabang penelitian, pasti terkait dengan persoalan yang sedang diteliti. Di dalam ontology membahas dua bidang yaitu: (1) kosmologi membicarakan hakikat asal, hakikat susunan, hakikat berada, juga hakikat tujuan, kosmos. (2) Metafisik atau antropologi secara etimologis berarti dibalik  atau di belakang fisika artinya ia ingin mengerti atau mengetahui apa yang ada dibalik dari ala mini atau suatu yang tidak Nampak. Jadi kosmologi adalah cabang filsafat yang mengelidiki hakikat asal, susunan, tujuan alam besar, yang dibicarakan di dalam cabang ini missal hakikat kosmos, bagaimana caranya ia menjadi (how does it come to being) dan lain-lain. Dalam metode penelitian, secara tegas akan mengaitkan persoalan apa fenomena yang diteliti, ada apa dibalik fenomena itu, dan sejauhmana eksistensi fenomena yang diteliti. Hal ini, dalam konteks filsafat ilmu sering dibahas dalam epistemology.
Menurut Bahtiar, tujuan filsafat adalah: (1) Mendalami unsur-unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh kita dapat memahami sumber hakikat dan tujuan ilmu, (2) Memahami sejarah pertumbuhan , perkembangan dan kemajuan ilmu diberbagai bidang, sehingga kita mendapat gambaran tentang proses ilmu kontemporer secara historis. Metodologi bisa juga diartikan ilmu yang membahas konsep berbagai metode, tentang apa kelebihan  dan kekurangan, dan bagaimana seseorang memilih suatu metode. Sedangkan penelitian bertujuan menghimpun data yang akurat yang kemudian diproses sehingga menemukan kebenaran atau teori atau ilmu dan mungkin pula mengembangkan kebenaran terdahulu atau menguji kebenaran tersebut.
Jadi metode ilmiah untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang benar diperlukan cara-cara yang benar pula. Meurut para pakar, mencari kebenaran, cara-cara memperoleh kebenaran ilmiah disebut metode ilmiah, yang terdiri dari proses (1) mencari masalah, (2) menentukan hipotesis, (3) menghimpun data, (4) menguji hipotesis, (5) prinsip ini berlaku untuk semua sains operasionalisasi Metode ilmiah itu dikatakan pada bidang studi metodologi penelitian. Dari sini tampak dengan jelas hubungan antara filsafat ilmu dengan metodologi penelitian.
Keterkaitan antara filsafat ilmu dan metode penelitian. Keduanya sama-sama hendak menemukan kebenaran ilmiah. Filsafat ilmu menjadi landasan berfikir, sedangkan metode penelitian sebagai realisasi berfikir ilmiah. Adapun metodologi merupakan hal yang mengkaji langkah-langkah yang ditempuh supaya pengetahuan yang diperoleh memenuhi pengetahuan yang ilmiah. Untuk memahami prinsip-prinsip metode filsafat perlu dibahas pengertian metodologi, unsur-unsur metodologi, dan beberapa pandangan tentang prinsip metodologi bagi para filsuf.[15]

3.      Landasan Ilmu dan Kinerjanya dalam Metode Penelitian
Filsafat ilmu merupakan kajian atau telaah secara mendalam terhadap hakekat ilmu.
Secara singkat uraian landasan ilmu itu adalah sebagai berikut :
a.       Landasan ontologis adalah tentang objek yang ditelaah ilmu. Hal ini berarti tiap ilmu harus mempunyai objek penelaahan yang jelas. Karena diversivikasi ilmu terjadi atas dasar spesifikasi objek telaahannya maka tiap disiplin ilmu mempunyai landasan ontologi yang berbeda.
b.      Landasan epistemologi adalah cara yang digunakan untuk mengkaji atau menelaah sehingga diperolehnya ilmu tersebut. Secara umum, metode ilmiah pada dasarnya untuk semua disiplin ilmu yaitu berupa proses kegiatan induksi-deduksi-verivikasi seperti telah diuraikan diatas.
c.       Landasan aksiologi adalah berhubungan dengan penggunaan ilmu tersebut dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia. Dengan perkataan lain, apa yang dapat disumbangkan ilmu terhadap pengembangan ilmu itu serta membagi peningkatan kualitas hidup manusia.[16]

C.    HUBUNGAN PENALARAN ILMIAH, METODE ILMIAH DAN FILSAFAT ILMU DALAM PENELITIAN
Bahwasannya penalaran ilmiah, metode ilmiah, dan filsafat ilmu dalam penelitian merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Metodologi penelitian adalah berarti Ilmu tentang metode. Sedang penelitian adalah kegiatan mencari dan mengumpulkan data kemudian mengolah, menganalisa dan mengkaji data yang dilakukan secara sistematis dan obyektif.
Jadi metodologi penelitian Ilmu yang mempelajari, menyelusuri, mencari dan mengumpulkan data kemudian mengolah, menganalisa dan menyajikan data yang dilakukan secara sistematis supaya diperoleh suatu kebenaran yang obyektif.
Secara terminology, metodologi penelitian atau metodologi riset (science researct atau method), metodologi berasal dari kata methodology, maknanya Ilmu yang menerangkan metode-metode atau cara-cara. Penelitian adalah terjemahan dari bahasa inggris “research” yang terdiri dari kata “re” (mengulang) dan search (pencarian, pengajaran, penelusuran, penyelidikan atau penelitian) maka research berarti berulang melakukan pencarian.Metodologi penelitian bermakna seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah tertentu untuk diolah, dianalisa, diambil kesimpulan dan selanjutnya dicarikan cara pemecahannya.[17] 


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Penalaranadalah suatu proses berpikir dengan menghubung-hubungkan bukti, fakta atau petunjuk menuju suatu kesimpulan berupa pengetahuan.
Metode ilmiah adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran.
Prinsip-prinsip penalaran atau aksioma penalaran merupakan dasar semua penalaran yang terdiri atas tiga prinsip yang kemudian di tambah satu sebagai pelengkap. Aksioma atau prinsip dasar dapat didefinisikan: suatu pernyataan mengandung kebenaran universal yang kebenarannya itu sudah terbukti dengan sendirinya. Prinsip-prinsip penalaran yang dimaksudkan adalah: prinsip identitas, prinsip nonkontradiksi, dan prinsip eksklusi tertii, dan sebagai tambahan pelengkap prinsip identitas adalah prinsip cukup alasan.
Dasar-dasar Metode Ilmiah yaitu: berdasarkan fakta, bebas dari prasangka, metode ilmiah harus memiliki sifat bebas dari prasangka, menggunakan prinsip analisis, menggunakan hipotesis, menggunakan ukuran objektif, menggunakan teknik kuantifikasi.



B.     Saran




DAFTAR PUSTKA
Endraswara, suwardi. 2013. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT Buku Seru
Purwadarminta,Kamus Umum Bahasa Indonesia
Sunggono, Bambang. 2013. Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta: PT Raja Gravindo Persada
Suriasumantri,  Jujun S. 2010. Filsafat Ilmu sebuah Pengantar Populer.  Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Tafsir, Ahmad. 2009. Filasafat Ilmu. Bandung: Remaja Rosdakarya
Wahyudi, Imam. 2004. Refleksi Tentang Kebenaran Ilmu dalam  Jurnal Filsafat. Desember.  Jilid 38. Nomor 3
Dwi Citra Nur Hariyanti, Dasar Dasar Pengetahuan, https://dwicitranurhariyanti.wordpress.com/filsafat-ilmu/dasar-dasar-pengetahuan/diakses pada 14 maret 2015 pukul 23:37
Tri Sumantri, “Konsep Penalaran Ilmiah Dalam Kaitannya Dengan Penulisan Ilmiah” http://triicecsfabregas.blogspot.com/2014/04/konsep-penalaran-ilmiah-dalam-kaitannya.html Diakses pada 13 maret 2015 pukul 12:24





[1]Tri Sumantri, “Konsep Penalaran Ilmiah Dalam Kaitannya Dengan Penulisan Ilmiah” http://triicecsfabregas.blogspot.com/2014/04/konsep-penalaran-ilmiah-dalam-kaitannya.htmlDiakses pada 13 maret 2015 pukul 12:24
[2]Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, PT Raja Gravindo Persada, Jakarta, 2013, hlm.5
[3] Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2009, hlm.10
[4]Bambang Sunggono, Op.cit., hlm.44
[5] Jujun S. Suriasumantri,  Filsafat Ilmu sebuah Pengantar Populer,  Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, 2010, Hlm.55
[6]Dwi Citra Nur Hariyanti, Dasar Dasar Pengetahuan, https://dwicitranurhariyanti.wordpress.com/filsafat-ilmu/dasar-dasar-pengetahuan/diakses pada 14 maret 2015 pukul 23:37
[7] Bambang Sunggono, Op.cit., hlm.49
[8] Jujun S. Suriasumantri, Loc.cit.,
[9] Ahmad Tafsir, Loc.cit, hlm. 17
[10] Purwadarminta,Kamus Umum Bahasa Indonesia
[11] Imam Wahyudi, Refleksi Tentang Kebenaran Ilmu dalam  Jurnal Filsafat, Desember 2004, Jilid 38, Nomor 3
[12] Suwardi Endraswara. Loc.cit., hlm 221
[13] sariono, Filsafat Ilmu Dan Metodologi Penelitian  http://referensiagama.blogspot.com/2011/01/filsafat-ilmu-dan-metodologi-penelitian.html  diakses 14 maret 2015 pukul 17:15

[14]Dwi Citra Nur Hariyanti, Loc.cit.,

[15]suwardi Endraswara, Filsafat Ilmu, PT Buku Seru, Jakarta, 2013, hlm.229
[16] Sariono, op.cit.,
[17] Ibid.,

0 Response to "MAKALAH Penalaran & Metode Ilmiah, Filsafat Ilmu & Hubungan Ketiganya dalam Penelitian"

Post a Comment